1. Sosro (1940)

Brand Sosro (kini PT Sinar Sosro) yang didirikan oleh Sosrodjoyo pada tahun 1940 awalnya memasarkan minuman teh seduh dengan merek Teh Cap Botol. Menurut keterangan di situs resmi Sinar Sosro, produk ini diperkenalkan di Jakarta pada 1965 lewat event pembagian sampel gratis yang waktu itu disebut Cicip Rasa.
Awalnya, teh dibuat langsung di hadapan calon konsumen yang ditemui di pusat-pusat keramaian seperti pasar. Lalu, diseduh dalam jumlah besar sebelum diantar ke calon pembeli sampai akhirnya dikemas dalam botol kaca yang kemudian diterima dengan baik oleh pasar. Lahirlah brand Teh Botol Sosro di 1969.
2. Siroop Tjap Buah Tjampolay (1936)

Saat ini, tak mudah menemukan Siroop Tjap Buah Tjampolay di supermarket. Padahal produk ini termasuk brand minuman berperisa tertua yang masih bertahan sejak 1936. Tjap Buah Tjampolay adalah olahan sirup yang dibuat secara tradisional khas Cirebon. Menurut keterangan dari History of Cirebon, Siroop Tjap Buah Tjampolay awalnya dibuat dari buah campolay atau sawo belanda yang didatangkan dari Ciamis. Peraciknya adalah Tan Tjek Tjiu.
Siroop Tjap Buah Tjampolay awalnya populer di kalangan orang Belanda dan sukses di pasaran. Lalu produk ini sempat dua kali menghilang saat Tan meninggal dunia di 1964 dan kalah saing dari sirup-sirup berharga ekonomis pada 1970. Kini, Tjap Buah Tjampolay dianggap sebagai merek sirup premium dengan rasa serba unik yang tak dimiliki sirup merek lain. Misalnya mangga gedong, pisang susu, kopyor, kopi moka, dan jeruk nipis.
3. Ting Ting Jahe Sin A (1935)

Permen Ting Ting Jahe yang dulu sering dijajakan di bus kota juga termasuk brand lawas. Kembang gula beraroma jahe ini diproduksi oleh PT Sindu Amrita (Sin A) yang berada di Pasuruan, Jawa Timur. Pabriknya didirikan oleh Njoo Tjhay Kwee pada tanggal 15 Juni 1935.
Ting Ting Jahe masih mempertahankan kemasan lamanya. Saat produk kembang gula lainnya sudah menggunakan kemasan plastik, permen jahe ini masih dibungkus dua lapis kertas dan dilipat dengan tangan oleh para pekerja pabrik.
4. Kembang Gula Davos (1931)

Davos adalah merek permen peppermint yang sempat populer di tahun 70-an. Pabriknya berada di Kabupaten Purbalingga, Banyumas, Jawa Tengah. Mengutip keterangan dari situs Pemerintah Kabupaten Purbalingga, brand ini dirintis oleh Siem Kie Djian. Siem mendirikan perusahaan perseorangan Slamet (sekarang Slamet Langgeng) di tahun 1931 dan memproduksi Davos. Pada masa kejayaannya di tahun 30-an, Slamet Langgeng juga memproduksi limun dan biskuit.
Merek Davos terinspirasi dari nama kota di Swiss. Kota ini dikenal memiliki udara yang sejuk. Ini dianggap selaras dengan permen Davos yang bisa memberikan sensasi sejuk saat dikulum.
5. Kecap Bango (1928)

Saat ini, Kecap Bango sangat mudah ditemukan di pasaran. Pasalnya, brand ini sudah diakuisisi oleh Unilever yang merajai pasar consumer goods di tanah air. Aslinya, brand Kecap Bango sudah ada sejak tahun 1928.
Mengutip keterangan dari situs resmi Unilever Indonesia, merek dan usaha Kecap Bango dirilis oleh Tjoa Pit. Saat itu, jangkauan produknya baru meliputi kawasan Jabotabek. Nama Bango dipilih sebagai bentuk harapan agar produk kecap manis itu dapat diterima di pasar dan terbang tinggi seperti burung. Merek dan usaha ini kemudian diakuisisi Unilever pada tahun 2001 dan diperkenalkan kembali ke pasar Indonesia.
6. Jamu Jago (1918)

Jamu Jago adalah salah satu merek jamu tradisional paling dikenal dan paling tua di Indonesia. Brand ini sekarang dinaungi oleh Jago Group, 'bersaudara' dengan Museum Rekor Indonesia (MURI) dan DEGE-PHARM. Menurut keterangan di situs resminya, Jamu Jago sudah memproduksi lebih dari 138 jenis jamu yang saat ini dipasarkan hingga ke Australia, Singapura, Malaysia, Jepang, dan Kanada.
Jamu Jago bermula di desa kecil, Wonogiri pada tahun 1918. Saat itu, T.K Suprana meracik dan menjual jamu resep Mak Jago warisan ibunya. Lambat laun, jamu serbuk itu dipasarkan dengan merek Djamoe Djago sampai ke Solo dan akhirnya seluruh Jawa. Pada tahun 1936, Djamoe Djago sudah merambah berbagai daerah di Indonesia.
7. Dji Sam Soe (1913)

Rokok Dji Sam Soe dengan logo 234 yang ikonis adalah merek kretek pertama yang dikenal di Indonesia. Rokok ini dilempar ke pasar untuk pertama kalinya pada tahun 1913. Produsennya adalah Handel Matschappij Liem Seeng Tee NV yang kelak dikenal dengan nama PT HM Sampoerna. Walaupun begitu, rokok kretek sendiri diperkenalkan oleh Haji Jamhari di tahun 1880.