Docker Swarm adalah alat orchestration bawaan dari Docker yang memungkinkan Anda mengelola dan mengatur beberapa container di berbagai host dalam suatu kluster. Dengan Docker Swarm, Anda dapat mengatur container sebagai bagian dari layanan yang berjalan secara terdistribusi, mempermudah proses pengelolaan aplikasi dalam skala besar.
Fitur Utama Docker Swarm
Clustering:
- Mengubah sekelompok Docker Engine menjadi satu kluster terpadu.
- Node dalam kluster dapat berupa manager atau worker.
Orkestrasi Layanan:
Load Balancing:
Manajemen Skala:
High Availability:
Declarative Service Model:
Keamanan:
Komponen Docker Swarm
Nodes:
- Manager Nodes: Bertanggung jawab untuk membuat keputusan seperti penjadwalan tugas dan menjaga status kluster.
- Worker Nodes: Menjalankan container dan menerima perintah dari manager nodes.
Services:
Tasks:
Overlay Network:
Kelebihan Docker Swarm
Bawaan Docker: Tidak memerlukan alat tambahan, terintegrasi langsung dengan Docker Engine.
Mudah Digunakan: Konfigurasi sederhana dibandingkan dengan alat orkestrasi lainnya.
Skalabilitas: Dapat dengan mudah meningkatkan jumlah container atau node.
Portabilitas: Dapat berjalan di berbagai sistem operasi yang mendukung Docker.
Kekurangan Docker Swarm
Fitur Terbatas: Tidak sekuat Kubernetes dalam hal pengelolaan kluster besar dan kompleks.
Kurangnya Komunitas Aktif: Dukungan komunitas lebih kecil dibandingkan Kubernetes.
Monitoring Terbatas: Kurang mendalam dibandingkan alat lain seperti Kubernetes atau Prometheus.
Kapan Menggunakan Docker Swarm?
Proyek Kecil hingga Menengah: Ketika kebutuhan orkestrasi tidak terlalu kompleks.
Kesederhanaan: Jika Anda memerlukan solusi sederhana dan cepat untuk manajemen container.
Integrasi Docker: Jika Anda sudah terbiasa dengan ekosistem Docker.
Docker Swarm sering menjadi pilihan pertama untuk memulai orkestrasi container sebelum beralih ke alat yang lebih kompleks seperti Kubernetes.