Saat sedang mengantre di kasir, kamu melihat display kecil cokelat yang sedang dijual di dekat meja kasir. Lalu kamu mengambil beberapa dan menambahkannya ke dalam keranjang belanjaan kamu. Itulah contoh psikologi pemasaran yang sedang terjadi.
Kamu melihat banyak orang bergegas masuk ke toko ritel yang populer/terkenal di daerah kamu. Terus kamu bertanya-tanya apa yang sedang terjadi, kamu pun membaca ada tulisan besar yang ditempel di tembok atau kaca jendela toko tersebut dengan isi kalimat : "Beli satu gratis satu, selama persediaan masih ada." Itu juga merupakan contoh lain dari psikologi pemasaran yang sedang terjadi
Tapi, sebenarnya apa sih psikologi pemasaran itu? Dan bagaimana cara kerjanya supaya strategi jualan dan agar promosi produk bisa lebih efektif? Berikut pembahasannya
Apa itu Psikologi Pemasaran? Psikologi pemasaran adalah cara memanfaatkan prinsip-prinsip psikologi dalam strategi pemasaran untuk memengaruhi keputusan konsumen. Keputusan belanja tidak selalu rasional, seringkali dipengaruhi oleh perasaan, motivasi, dan cara pikir kita. Dengan memahami hal ini, pemasar bisa merancang cara yang lebih menarik bagi audiens mereka.
Bagaimana Psikologi Mempengaruhi Keputusan Konsumen:
Emosi dan Perasaan: Banyak orang membeli barang berdasarkan perasaan yang ditimbulkan produk, bukan hanya fungsinya. Misalnya, beli barang mewah karena ingin merasa spesial.
Persepsi dan Perhatian: Orang melihat iklan dan produk dengan cara yang berbeda, tergantung desain dan warna. Ini bisa memengaruhi bagaimana mereka menilai kualitas atau nilai produk.
Motivasi dan Kebutuhan: Bisnis menawarkan produk yang bisa memenuhi kebutuhan konsumen, seperti gym yang memenuhi kebutuhan untuk hidup sehat.
Pengaruh Sosial: Banyak orang cenderung mengikuti keputusan orang lain, seperti membeli barang hanya karena teman-teman mereka juga membeli.
Sikap terhadap Merek: Merek yang kuat sering kali membangkitkan emosi positif, misalnya, orang sering mengaitkan Coca-Cola dengan kebahagiaan.
Prinsip Psikologi Utama dalam Pemasaran:
Timbal Balik: Kalau orang diberi sesuatu yang bernilai, mereka cenderung ingin membalas. Misalnya, memberi sampel gratis atau diskon supaya orang merasa wajib untuk membeli.
Bukti Sosial: Orang cenderung mengikuti apa yang dilakukan orang lain. Jadi, banyak merek menggunakan ulasan pelanggan, testimonial, dan konten dari pengguna untuk menunjukkan bahwa produk mereka dipercaya orang.
Kelangkaan: Orang lebih tertarik pada barang yang terlihat langka atau terbatas. Misalnya, diskon terbatas atau acara eksklusif untuk menciptakan rasa urgensi supaya orang cepat membeli.
Efek Jangkar: Orang cenderung dipengaruhi oleh informasi pertama yang mereka terima. Misalnya, jika kamu melihat harga tinggi dulu, harga diskon berikutnya jadi terlihat lebih menarik.
Cerita: Manusia suka cerita. Pemasar bisa memanfaatkan ini dengan membuat cerita yang menyentuh hati dan mengundang emosi.
Menggunakan Psikologi dalam Strategi Pemasaran:
Personalisasi: Menyesuaikan pengalaman konsumen dengan preferensi mereka, misalnya email yang disesuaikan atau rekomendasi produk yang sesuai minat mereka.
Psikologi Warna: Warna bisa mempengaruhi perasaan, misalnya merah yang menunjukkan semangat atau biru yang memberi kesan tenang dan terpercaya.
Pemasaran Berbasis Emosi: Menggunakan cerita atau gambar yang membangkitkan perasaan seperti kebahagiaan, empati, atau nostalgia.
Contoh Nyata Psikologi Pemasaran:
Nike: Slogan "Just Do It" yang memberi motivasi.
Coca-Cola: Promosi "Share a Coke" dengan personalisasi nama.
Dove: Promosi "Real Beauty" yang menantang standar kecantikan.
Amazon: Memudahkan pembelian dengan fitur beli satu klik.
Kesimpulan: Dengan memanfaatkan psikologi pemasaran, bisnis bisa membuat cara yang tidak hanya menarik perhatian, tapi juga bisa menyentuh emosi konsumen. Jadi, ketika kita paham apa yang memotivasi orang, kita bisa menciptakan cara yang lebih efektif untuk menjual produk dan membuat orang lebih tertarik membeli.