Pernah tidak sih kamu merasa tertarik klik satu iklan atau tombol di website, padahal isinya biasa saja? Bisa jadi bukan karena kata-katanya, tapi karena warnanya. Warna punya pengaruh besar dalam dunia digital marketing, terutama untuk bikin orang ngeh, tertarik, dan akhirnya melakukan sesuatu—seperti klik, beli, atau daftar.
Warna bisa memberi kesan pertama sebelum orang membaca apa pun. Misalnya, biru sering dipakai untuk menunjukkan kepercayaan dan profesionalisme. Itu sebabnya banyak bank, startup, atau perusahaan teknologi menggunakan warna ini. Tapi di sisi lain, merah bisa membuat jantung berdetak lebih cepat. Warna ini sering digunakan untuk tombol "Beli Sekarang" atau diskon besar-besaran karena kesannya mendesak dan penuh energi.
Salah satu studi yang menarik datang dari HubSpot, yang menguji dua tombol CTA (call-to-action) di halaman mereka—satu warna merah, satu lagi hijau. Hasilnya? Tombol merah menghasilkan klik 21% lebih banyak dibanding tombol hijau, padahal desain lainnya sama persis. Ini menunjukkan bahwa warna bisa menjadi faktor penting yang memengaruhi keputusan orang dalam waktu hitungan detik.
Tapi tentu saja, tidak ada warna yang "paling ampuh" untuk semua konteks. Pemilihan warna tergantung pada siapa targetnya, apa produknya, dan mood apa yang ingin dibangun. Contohnya, kalau kamu menjual skincare alami, warna seperti hijau daun atau putih bisa lebih cocok karena memberi kesan bersih, fresh, dan natural.
Brand besar juga sangat sadar soal ini. Coca-Cola selalu menggunakan merah karena ingin tampil energik, berani, dan langsung nyantol di kepala orang. Sementara Facebook dan LinkedIn memilih biru karena ingin terlihat terpercaya dan stabil. Bahkan warna logo saja bisa memberikan sinyal tentang kepribadian brand mereka.
Di ranah e-commerce, warna juga punya peran penting. Website seperti Shopee menggunakan oranye yang cerah dan hangat, memberi kesan murah meriah dan semangat belanja. Sementara Tokopedia bermain di warna hijau yang tenang dan percaya diri. Mereka sama-sama berjualan, tapi warna membuat pendekatannya sangat berbeda.
Jadi, kalau kamu sedang merancang kampanye digital, coba pikirkan warna bukan hanya soal estetika. Tanyakan: “Apa yang ingin dirasakan orang saat melihat ini?” dan “Aksi apa yang ingin saya dorong?” Dari situ kamu bisa memilih warna yang bukan hanya enak dilihat, tapi juga efektif.
Ingat, di era digital yang serba cepat ini, warna bisa menjadi bahasa yang lebih cepat dimengerti daripada kata-kata. Dan siapa tahu, hanya karena mengganti warna tombol, kamu bisa mendapat lebih banyak klik—dan mungkin, lebih banyak cuan.