Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Namun, salah satu tantangan terbesar yang sering dihadapi pelaku UMKM adalah pengelolaan keuangan yang kurang tertata. Banyak pelaku usaha yang mencampur keuangan pribadi dengan keuangan usaha, sehingga sulit mengukur keuntungan dan mengelola arus kas.
Langkah pertama dalam memperbaiki keuangan UMKM adalah memisahkan rekening pribadi dan usaha. Dengan pemisahan ini, pelaku usaha dapat lebih mudah melacak pengeluaran, pemasukan, dan laba bersih usaha. Selain itu, pencatatan keuangan—meskipun sederhana—harus dilakukan secara rutin. Gunakan buku kas manual, spreadsheet, atau aplikasi pembukuan digital agar transaksi tercatat dengan baik.
Arus kas (cash flow) adalah nyawa UMKM. Banyak usaha yang tutup bukan karena rugi, tetapi karena kehabisan uang tunai untuk operasional. Oleh karena itu, penting untuk memantau arus kas harian, menunda pengeluaran yang tidak mendesak, dan mengupayakan pembayaran dari pelanggan tepat waktu.
Pelaku UMKM juga perlu menyusun anggaran bulanan, menetapkan target penjualan, serta menghitung harga pokok produksi (HPP) secara akurat agar bisa menentukan harga jual yang sehat dan menguntungkan. Jangan lupa untuk menyisihkan sebagian keuntungan sebagai dana darurat dan modal usaha ke depan.
Bila memungkinkan, pertimbangkan akses pembiayaan dari lembaga keuangan formal seperti koperasi, bank, atau fintech yang terpercaya. Namun, pastikan utang digunakan untuk hal produktif, bukan untuk menutupi kerugian atau konsumsi.
Dengan pengelolaan keuangan yang rapi dan disiplin, UMKM bisa lebih tahan terhadap krisis, berkembang lebih cepat, dan siap naik kelas ke level yang lebih tinggi.